Mengapa Demikian? - WidiTutor

Mengapa Demikian?

Mengapa Demikian?

Setelah rapat sore itu saya bergegas tidak pulang kerumah karna malas tapi ke rumah teman yang dulunya punya cita2 punya bengkel motor sendiri, tapi sekarang untuk motorpun dia belum punya jangankan bengkelnya. Rencana dulu saya sebagai bosnya dia sebagai montirnya, tapi itu belum terlaksana karna dilihat dari wajahnya cocok jadi teman saya saja.
ngajar keneh ditempat kamari? Tanya dia, jika anda adalah orang yang lahir di Amsterdam tidak mengerti Bahasa itu, maka akan saya artikan

sikamaru


Montir gagal : “Masih ngajar ditempat kemarin”?

Bosnya si montir yang gagal (saya) : “Masih, dengan nada tidak ingin ditanyaa karna repot harus menjawab,

Montir gagal : “baheula mah cita2 maneh teh lain ngajar tapi jadi bos urang” ah sial aku harus menerjemahkan ini pada orang Amsterdam lagi. Jika aku adalah Shikamaru Nara, maka aku akan berkata “MEREPOTKAN”

Montir gagal :  paling baheula janji teh arek boga band bisa tampil dimana wae terus dikenal jadi anak band, lain jadi guru.

Montir gagal : mun urang baheula kuliah atau bener sakola, sigana bakalan sarua sapagawean jeung maneh wid, atau saheunteuna urang aya pagawean anu layak, modal ijazah smp mah ayna hese neangan gawe teh.

Aku : “MEREPOTKAN dalam hati sambil melihat langit”. Tolong orang Amsterdam jangan meminta untuk di artikan perkataan dia.

Benar kehidupan sekarang bukanlah pilihanku yang terbaik, dari segi pemikiran temanku si montir yang bukan gagal tapi belum berhasil.

Demikianlah Semua ini

Mengajar di kelas XI RPL 1 & 2 untuk pertamakalinya seperti mengingatkanku pada situasi dimana aku tidak suka sekolahku yang dulu. Tapi saya suka ilmunya. Tahta tertinggi di dunia menurutku adalah Ilmu pengetahuan setelah itu Uang hehe, dengan pengetahuan semuanya bisa tercapai walau memang memerlukan waktu.

Memperkenalkan diri pada mereka rasanya seperti kenalan dengan orang asing, canggung dan malu serta enggan untuk kenal, aku selalu merasa ketika dikenal oleh orang banyak atau mengenal orang banyak, maka besar kemungkinan aku akan kecewa atau dikecewakan, atau mengecewakan mereka karna diriku. Bertambah lagi ekspektasi orang lain terhadapku, bertambah juga aku bisa saja di kecewakan dikemudian hari, tapi perasaan aneh itu tidak muncul untuk mereka.

Jika aku hari ini bersyukur, mungkin salah satunya karna mengenal mereka.  Tanpa membedakan perlakuan ke mereka, tanpa ada rasa pilih kasih ke mereka dan semua ini kulakukan dengan penuh kasih sayang, bukan Guru ke murid tapi sebagai teman belajar. Banyak sekali setelah beberapa bulan mengajar di kelas mereka rasanya seperti bermain dan belajar. Entah mereka merasakan hal yang sama atau tidak.

Ada rasa Bahagia yang tidak bisa di bandingkan dengan nominal, Bahagia ketika praktik di lab mereka mampu mengerjakan, mampu mengerti pembelajaran bahkan mengerti tentang materi yang disampaikan, tapi ada yang lebih Bahagia, yaitu ketika mereka bingung dan frustasi tentang program, tentang praktek, dibalik bingung itu ada proses mereka berfikir ada proses mereka berusaha dan ada komitmen untuk tidak mau kalah dengan sebuah program kecil ini. Bug atau error ini tak seberapa dengan permasalahan yang nyata di kehidupan sebenarnya.

Demikianlah akhirnya

Harapanku Bersama mereka. Nak, jika dunia ini tidak adil, maka begitulah kebenaranya, di dunia ini tidak ada yang adil, hanya ada yang lemah dan kuat, menang dan kalah. Kita tidak mungkin selamanya kuat dan selamanya menang, tapi semua itu kita bisa pahami cara memandang dunia, kita lahir dengan keadaan yang berbeda tapi kita punya kesempatan yang sama. Hanya dengan pendidikanlah kesempatan itu tercipta, keadaan seseorang bisa berubah dengan pendidikannyaa. Setiap orang punya kesempatan yang sama, dan lewat Pendidikan semuanya itu bisa tercapai.

Entah apapun nasibnya nanti terima itu dengan rasa yang puas, dengan rasa bangga bahwa kamu sudah berusaha. Jangan mau kalah dengan keadaan. Ingatlah orang tua jika kamu merasa malas belajar, setidaknya ada alasan kenapa kamu Bersama berusaha selama ini. Jadilah orang terbaik versimu sendiri dan lampaui gurumu ini dari segi apapun, sehingga ketika kita bertemu lagi dikesempatan yang berbeda situasi yang berbeda, aku akan melihatmu ke atas karna keberhasilanmu menaklukan dunia.

Jika Aku

Jika aku sekolah lagi, maka aku akan belajar sekuat mungkin, tak peduli rasa kantuk tak peduli kurang tidur, tak peduli aku harus bagaimana asal aku bisa belajar dan sekolah, tak peduli semua hal yang menghalangiku, karna menurutku ilmu pengetahuan yang akan menolongku di kemudian hari, seperti lilin yang menerangi ruangan yang gelap.

 Terimakasih sudah berusaha selama ini. kalian semuanya hebat !!!

0 Response to "Mengapa Demikian?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel